Sekilas saya melihat sebuah handuk kecil berwarna kuning terlipat rapi di laci bawah mimbar, ketika saya berdiri di mimbar. Langsung terpikir," Untuk apa handuk kuning ini?" Rasanya handuk kuning itu cocok berada di leher pengemudi becak dari pengkhotbah. Saya khan pengkhotbah, masak pakai handuk seperti itu. Gengsi bo. Apalagi, saya juga membawa sapu tangan di kantong. Tetapi, 5 menit kemudian, saya menemukan kegunaan pertama handuk kuning itu : emang bener untuk ngelap keringat. Panas sekali pagi itu. Sebagai pengkhotbah yang memakai jas (entah mengapa harus begitu), berkhotbah di gereja yang tanpa AC adalah siksaan tersendiri. Apalagi jendela-jendelanya entah mengapa masih tertutup. Maklum, saya khan biasa berkhotbah di gereja dengan AC yang adem poll he..he..he... Segera saja, keringat bercucuran di seluruh wajah saya. Cukup membuyarkan konsentrasi. Handuk itu? Karena gengsi sang pengkhtobah, tetap saja handuk itu terlipat rapi. Segera, sapu tangan saya basah total. Bahkan rasanya bisa diperas kayak kain pel.
Kebaktian kedua lebih parah lagi. Mulai jam 9, pas panas-panasnya. Handuk itu masih terlipat rapi. Masih berjuang dengan keringat yang mengucur, dan sapu tangan yang sudah basah. Eh... ada satu ibu yang selalu bicara dengan anaknya. Bener deh, bukan anaknya yang mengajak bicara. Tetapi ibunya. Saya sudah menatapnya, meliriknya, menyindirnya lewat tatapan mata (bayangin sendiri caranya) eh ... terus saja ngobrol. Gemes banget deh rasanya. Pingin marah, tapi ini jemaat gereja lain. Akhirnya, ketika melirik handuk kuning itu sambil berkhotbah, saya teringat pertarungan tinju.
Dalam pertarungan tinju ada saatnya, handuk putih dilemparkan sang pelatih ketika melihat petinjunya kepayahan dalam pertarungan. Handuk putih tanda menyerah. Handuk kuning? Oh, saya tahu apa gunanya. Pingin juga rasanya handuk itu saya lemparkan ke MJ sebagai tanda menyerah, sambil berkata," Ga kuat aku ... udah udara panas, keringat bercucuran, udah khotbah sekuat tenaga, eh ... masih juga ada yang ngobrol." Atau mungkin lebih baik, kalau handuk itu saya lempar ke ibu yang ngobrol terus itu saja ya? Pingin banget rasanya.
Saturday, October 28, 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment