Tikus-tikus yang menghuni sebuah rumah besar sedang berkumpul untuk membicarakan nasib mereka. Beberapa rekan mereka telah menjadi santapan seekor Kucing yang baru saja hadir di dalam rumah itu. Tikus-tikus itu menjadi gelisah dan takut kalau-kalau tiba giliran mereka. Pemimpin para Tikus itu berkata,” Mari kita diskusikan masalah ini. Kita cari jalan keluar yang terbaik.” Beberapa jam kemudian, tikus-tikus itu terlibat dalam diskusi yang seru. Pelbagai analisis dipaparkan, tetapi tetap saja tidak ada usulan yang menyakinkan.
Kemudian berdirilah seekor tikus muda, dengan penuh semangat ia berkata,” Bukankah masalah kita yang terutama dengan kucing itu adalah gerakannya yang tanpa suara? Begitu cepat menangkap dan memangsa kita?” Tikus muda itu menegaskan lagi,” Benarkan seperti ini?” ”Ya, memang itu masalahnya,” sahut tikus-tikus lain. ”Kalau begitu, mari kita lakukan sesuatu pada Kucing itu, supaya bila ia bergerak, kita bisa melarikan diri,” lanjutnya. ”Apa yang harus kita lakukan?” tanya tikus-tikus lain. Tikus muda itu dengan serius dan penuh percaya diri berkata,” Ayo kita kalungkan sebuah pita dengan bel kecil di leher kucing itu. Dengan begitu, kalau ia bergerak, kita bisa lari lebih cepat. Nyawa kita selamat. Kalau Kucing itu sedang jalan-jalan ke luar rumah, kita pun tahu sehingga bisa istirahat. Setuju?” Terpesona oleh kata-kata yang menyakinkan itu, tikus-tikus lain pun menjawab,” Setuju!” ”Ayo kita berpesta karena masalah ini sudah selesai,” ajak Tikus muda itu.
Akhirnya, mereka larut dalam nyanyian dan tari-tarian, karena mereka merasa sudah menyelesaikan masalah yang ada. Tiba-tiba, seekor tikus tua memukul-mukul meja meminta perhatian. Tikus-tikus pun menoleh dengan wajah tidak senang, tapi Tikus tua itu segera berkata lirih,” Usul untuk mengalungkan pita dengan bel kecil ke leher Kucing adalah gagasan yang baik. Tapi, siapa di antara kita yang bersedia dan berani mengalungkan pita dan bel kecil itu?” Terkejut dengan perkataan itu, Tikus-tikus itu pun saling menoleh dan kemudian menunjuk teman di sebelahnya yang segera disambut dengan gelengan kepala. Mereka akhirnya memandang Tikus muda sang pemberi usul. Tikus muda itu pun juga hanya menggelengkan kepala.
Dalam menyelesaikan masalah, gagasan yang terbaik seringkali tidak pernah mudah. Gagasan yang mudah seringkali bukanlah jalan yang terbaik. Begitulah salah satu kisah dari Aesop di atas mengingatkan kita. Aesop menulis kisah-kisahnya kira-kira pada abad 6 SM, tetapi mengapa masih relevan hingga ratusan bahkan ribuan tahun kemudian, bahkan sampai masa kini? Apakah ini tandanya sebagai manusia kita terus menginginkan yang terbaik dengan jalan yang termudah?
1 comment:
Seperti yang anda bilang tadi di BY, sekarang ini budaya instan memang sudah begitu membudaya bahkan di Indonesia, semua hanya berpikir bagaimana menyelesaikan masalah dengan mudah tapi seringkali tidak sampai masuk ke inti pokok masalahnya, ya nggak bung Wepe?
Hendra
Post a Comment