Thursday, November 30, 2006

Natal : Ketika Allah Menyapa (Luk 2:8-20)

Pendahuluan

Natal adalah peringatan rutin tiap tahun, yang berpotensi menjadi rutinitas tanpa makna.  Untuk menjaga agar peringatan dan perayaan ini senantiasa "berbicara" kepada hidup kita, maka kita harus kembali menghayati makna Natal.  Berita tentang makna Natal haruslah menjadi pusat dalam setiap ibadah Natal.  Natal pada hakekatnya adalah sapaan Allah kepada manusia.

 

Proposisi

Natal adalah tanda bahwa Allah berkenan untuk menyapa hidup manusia.

 

Kalimat tanya

Mengapa Allah berkenan untuk menyapa hidup manusia?

 

Kalimat Peralihan

Ada dua tujuan Allah ketika menyapa manusia melalui Natal

 

1. Melalui Natal, Allah menunjukan perhatiannya kepada manusia yang tersisihkan (ay.8-14).

 

Pada malam Natal yang pertama ini, berita Natal pertama kali datang kepada para gembala.  Lebih luar biasa lagi, berita itu disampaikan langsung oleh para malaikat.  Gembala bukanlah pekerjaan yang terhormat pada waktu itu.  Pekerjaan sebagai gembala menyebabkan mereka harus hidup mengembara di padang, terpisah secara sosial dengan orang lain.  Bagi pemuka agama pun, gembala dipandang sebagai orang yang mengabaikan banyak tuntutan agama, karena tuntutan pekerjaan mereka.  Jadi, gembala adalah kelompok manusia yang terpinggirkan dan tersisihkan dari sesamanya.  Tetapi, justru kelompok inilah yang pertama tama mendapatkan perhatian Allah.  Inilah Natal : sapaan bagi yang tersisihkan.  Maka pertanyaan penting ketika kita merayakan Natal adalah apakah perayaan kita menyapa mereka yang tersisihkan?

 

2. Melalui Natal, Allah menaburkan benih kebahagiaan  yang sejati di dalam hidup manusia (ay.20).

 

Setelah para gembala menemukan Yesus yang telah dilahirkan, ada sesuatu yang berubah di dalam diri mereka. Ay. 20 menegaskan bahwa para gembala tersebut memuji dan memuliakan Allah.  Inilah perubahan yang terjadi ketika para gembala berjumpa dengan Yesus.  Ada sukacita dan kebahagiaan yang bersemi di hati, sebagai respons terhadap kepedulian Allah bagi hidup mereka.  Inilah Natal itu : berseminya kebahagiaan yang sejati di dalam hati, sebagai akibat dari kepedulian Allah terhadap manusia.  Maka pertanyaan penting ketika kita merayakan Natal adalah apakah perayaan kita berhasil menjadi sarana penaburan benih kebahagiaan yang sejati, atau hanya sekedar keramaian yang tanpa makna?

 

Kesimpulan 

Apakah Anda merasakan sapaan Allah pada Natal tahun ini?  Sapaan Allah yang menyatakan kepeduliannya, dan sapaan Allah yang menaburkan benih sukacita yang sejati.  Semoga Anda merasakannya.

No comments: