Friday, November 24, 2006

Virus-virus yang Menyerang Komsel

Rabu yang lalu, seperti biasa saya on air di Bahtera Yudha 96,4 FM Surabaya. Di acara talkshow pelangi dengan host Gideon yang kocak, kami bicara tentang Komsel alias Komunitas Sel. Talkshow sebenarnya juga adalah salah satu bentuk khotbah juga. Hanya saja lebih interaktif sifatnya. Perbincangan kami menjadi lebih holistik dengan perspektif psikologi dari Jeng Onne Aquari.

Komsel memang lagi mengalami booming di gereja-gereja di Indonesia. Nyaris tidak ada gereja yang tidak mempunyai komunitas sel. Ada yang memakai nama kelompok tumbuh bersama (KTB), kelompok pemuridan atau nama-nama lain. Yang jelas poinnya sama. Komsel adalah tempat pembinaan dengan jumlah peserta yang biasanya berkisar antara 7 sd 12 orang. Acaranya biasanya berkisar nyanyi, belajar firman, dan sharing. Memang, menurut pakar pertumbuhan gereja Christian A. Schwarz Komsel adalah salah satu penopang dalam kesehatan dan pertumbuhan gereja. Gereja-gereja yang mengalami pertumbuhan fantastis sebagian besar didukung dengan berkembangnya bahkan meledaknya jumlah komsel.

Tetapi ternyata komsel juga tidak lepas dari serangan virus-virus yang akan melumpuhkannya. Mungkin komselnya sendiri tidak sampai bubar, tetapi menjadi tidak efektif lagi. Dari beberapa penelpon yang masuk, ternyata mayoritas menyatakan bahwa perkara cinta menjadi masalah yang buat komsel jadi ngga nyaman lagi. Bahkan ada komsel yang pecah karena ada perebutan cinta di dalamnya. Inilah problem yang tak terhindarkan kalau komsel itu terdiri atas pria dan wanita. Dari pengalaman dan pengamatan, kalau kita akan membentuk komsel, kita harus ingat perintah pertama dari 10 hukum komsel versi saya " Jangan ada pada komselmu pria dan wanita". Jauh lebih aman dan nyaman kalau komsel itu anggotanya sejenis. Aman karena ga mungkin ada yang saling jatuh cinta kalau sejenis (tapi bisa juga ga aman ya kalau ada yang punya "kelainan"), nyaman karena tiap gender pasti punya pergumulan yang khas, dan sulit dipahami gender lain.

Dalam acara talkshow on air itu, kami mendeteksi ada beberapa virus yang sangat berbahaya bagi komsel.

Pertama, virus kesombongan. Virus ini mengakibatkan anggota komsel mempunyai mental guru dan bukan murid. Merasa lebih rohani dari anggota-anggota lain, selalu ingin mengajar dan tidak pernah mau belajar, banyak cerita tentang hal-hal spektakuler demi pengakuan adalah ciri-ciri orang yang telah terserang virus kesombongan. Kalau ini terjadi, pasti suasana komsel jadi ngga nyaman. Karena komsel khan mestinya jadi ajang saling belajar dan bertumbuh bersama. Biasanya mereka yang menjadi sasaran empuk virus ini adalah jenis manusia yang sedang menutupi sesuatu dari hidup mereka. Menutupi kekurangan dengan membesar-besarkan diri. Lebih payah lagi kalau justru pemimpin Komsel yang terkena virus ini. Kadangkala kesombongan ini dirasionalisasikan dengan jabatan ketua. Tetapi sebenarnya bukankah menjadi ketua dengan segala kelebihan tidak berarti punya hak untuk sombong? Bukankah Yesus Kristus telah memberi contoh tentang kepemimpinan yang sejati. Pemimpin yang pelayan.

Virus kedua yang tak kalah bahayanya adalah dusta. Dusta berarti mengatakan bukan yang sebenarnya. Kalau virus ini menyerang anggota komsel, wah repot deh. Para anggota jadi membesar-besarkan diri. Cerita tentang pengalaman supranatural yang sebenarnya tidak pernah terjadi. Kenapa bisa jadi begini? Virus dusta ini sangat berpotensi menyerang mereka yang rindu mendapatkan pengakuan. Rada mirip dengan virus yang pertama dan memang seringkali jadi satu paket seperti flu dan sakit kepala. Di sisi lain, virus ini juga kadangkala menyerang mereka yang rindu banget mendapatkan perhatian. Ada yang sampai mengarang cerita palsu, supaya dikasihani dan diberi bantuan keuangan oleh anggota komsel lainnya. Nah, kalau sudah ada dusta di antara kita, mengapa mempertahankan sebuah komsel?

Virus yang ketiga yang tak kalah berbahaya adalah tidak sanggup menjaga rahasia. Alias bocor mulut atau ember. Mestinya apa yang disharekan dalam komsel khan rahasia antar anggota saja? Tapi kadangkala jadi nyebar kesana kemari. Alasannya sih mungkin terdengar rohani : jadi pokok doa, tapi intinya ya sami mawon jadi bahan gosip. Parahnya lagi, kalau virus ini menyerang salah seorang anggota komsel saja, maka anggota-anggota lain akan terkena dampaknya secara langsung. Anggota-anggota lain itu menjadi enggan bercerita dari hati. Akibatnya relasi dalam komsel menjadi kering dan datar. Tidak ada semangat berbagi hidup.

So, apa yang harus dilakukan setiap komsel untuk membentengi diri dari virus kesombongan, dusta, dan bocor mulut? Tidak ada jalan lain : komitmen. Ya, komitmen dari tiap anggota untuk menjaga sikap rendah hati. Kerendahan hati akan menjaga diri kita dari kesombongan. Kerendahan hati akan menyebabkan kita tampil apa adanya, dan tidak ada keinginan untuk berbohong. Kerendahan hati jugalah yang akan membuat kita tetap sadar diri bahwa kita tidak lebih baik dari orang lain, dan oleh karena itu kita jaga rahasia pergumulan orang lain. Karena itu, mari setiap anggota komsel belajar menjaga kerendahan hati dari sang Guru Agung : Yesus Kristus.

No comments: